Selasa, 31 Desember 2013

Memaknai Tahun Baru




       Tak terasa, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan  & tahun demi tahunpun berlalu, Perputaran waktu telah mengantarkan kita dipenghujung tahun 2013. Tinggal beberapa jam lagi kita akan menyambut tahun baru-2014. Hampir seluruh ummat manusia menyambutnya dengan suka-cita. Kegembiraan makin bertambah karena berbagai hiburan tersedia. Mulai dari keindahan kembang api sampai pentas musik.
         
Tahun Baru 2014, mitos Rebo Wekasan bagi masyarakat Jawa
       Umumnya tahun baru identik dengan kembang api, terompet, pentas musik dan hitungan detik menutup ahir tahun. Mungkin tidak soal ketika orang menyambut tahun baru dengan suka cita. Menjadi klise ketika itu dirayakan dengan glamour namun pada sisi lain orang tersebut tidak ada perbaikan kualitas dari tahun ke tahun.
     Sungguh bertolak belakang dengan kehendak Rasulullah SAW tentang ummatnya. Beliau sangat berharap ummatnya lebih baik hari ini dari pada hari kemarin. Dan beliau menegaskan bahwa ciri orang yang merugi adalah manusia yang tidak ada  perubahan kualitas diri. Idealnya kualitas diri kita lebih baik dari tahun ketahun. Sehingga kita pantas bahagia menyambut tahun baru.
Rasulullah SAW bersabda, “ Tidaklah melangkah kaki seorang anak adam di hari kiamat sebelum dievaluasi empat perkara :
1.      Tentang Umurnya untuk apa di habiskan
2.      Tentang Masa Mudanya untuk apa digunakan
3.      Tentang hartanya darimana diperoleh & kemana dihabiskan.
4.      Tentang Ilmunya untuk apa di manfaatkan. “
( HR. Tirmidzi ).
           
 Dengan demikian, tahun baru bukan sekedar ritual semata namun perlu sebuah penyikapan. Sebagai seorang muslim, idealnya tahun baru dimaknai  sebagai momentum. Momentum muhasabah  (evaluasi) amal perbuatan dan syukur akan nikmat Allah SWT selama setahun.       
            Muhasabah menjadi kebiasaan Rusulullah SAW beserta para sahabatnya dan terus diikuti oleh hamba-hamba yang sholeh. Hal ini dikuatkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” (al-Hasyr:18).
            Peristiwa pergantian tahun baru ini sejatinya mengingatkan bahwa jatah hidup kita di dunia ini semakin berkurang meskipun seara angka usia kita mmakin bertambah. Seorang ulama besar, Imam Hasan Al – Basri bekata, “ Wahai anak adam, sesungguhnya anda bagian dari hari apabila satu hari berlalu, berlalu pulalah sebagian hidupmu “ Dengan makna seperti itu, seharusnyalah setiap pergantian tahun baru, Justru mesti kita manfaatkan untuk mengevaluasi diri, bukan untuk ber hura - hura  
           Sebagaimana sebuah Perusahaan diakhir tahun selalu melakukan muhasabah  kinerja selama setahun  Atau penilaian dengan menggunakan Standar – standar indikator atau lebih dikenal KPI ( Key Performa Indikator ) untuk menentukan kenaikan gaji & Bonus akhir tahun, Demikian pula seorang hamba terhadap tuhannya. Melakukan eveluasi tentang pengabdiannya, kewajbannya dan  cintanya terhadap pemilik alam semesta. Jika dalam evaluasi tersebut, amal kebaikannya lebih ringan maka orang tersebut perlu melakukan perbaikan kualitas amal dan cinta kepada Allah SWT.


Selain muhasabah yang bersifat transendental, perlu juga evaluasi yang bersifat horizontal. Evaluasi bersifat horizontal merupakan refleksi atas perbuatan seorang hamba kepada manusia lainnya. Apakah selama setahun ini seseorang melakukan kejahatan atau kerusakan terhadap orang lain? Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi oranglain.
Setelah muhasabah dilakukan, maka seorang hamba tahu gambaran dirinya selama satu tahun. Mempertahankan amal kebaikan dan menutupi kesalahan dengan amal kebajikan. Dari hasil evaluasi ini seorang hamba perlu melakukan perencanaan hidup satu tahun kedepan. Perencanaan perbaikan kualitas diri dan kualitas keimanan. Dengan perencanaan yang matang akan melahirkan hasil yang memuaskan
http://genrambai.blogdetik.com/files/2013/11/95e4933809bebb0895e749b9f9b13987_perintah-berhijab.jpg 
Khalifah Umar Bin Khathab pernah menyatakan “ Evaluasilah diri kalian sebelum kalian di evaluasi. Timbanglah amal – amal kalian sebelum di timbang, Bersiaplah menghadapi hari yang amat berat & Dahsyat. Pada hari itu segala sesuatu yang ada pada diri kalian menjadi jelas , tidak ada yang tersembunyi “
                                              Setelah melakukan evaluasi maka pemaknaan selanjutnya adalah syukur. Tidak bisa dipungkiri bahwa setahun yang lalu nikmat tuhan terus mengalir kepada kita. Terutama nikmat umur yang masih kita rasakan sampai detik ini. Serta nikmat tuhan lainnya berupa iman, kesehatan, kebahagiaan, anak dan lain sebaaginya. Semua itu Ia berikan dengan cinta kasih-Nya
 
Syukur berarti meyakini bahwa segala kebahagiaan yang ada datangnya dari Allah semata. Wujud syukur selanjutnya  adalah kita melakukan apa yang dikehendaki oleh sang pemberi nikmat. Dan Allah begitu antusias terhadap hamba yang bersyukur. Sebagaimana Ia nukilkan dalam firman-Nya, Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (Ali Imran:145).

Seharusnya seorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah diberikan dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah, Orang – orang yang telah menyia – nyiakan waktu inilah yang Allah cela dalam Firman- Nya :  “ Dan Apakah kami tidak memanjangkan umrmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang – orang yang mau berfikir, dan apakah tidak dating kepada kamu pemberi peringatan ( QS. Fathir :37 ). Marilah kita berlindung kepada Allah darimenyia- nyiakan umur yang panjang untuk hal  yang sia – sia.
 
Demikianlah seorang muslim dalam memaknai tahun baru. Pergantian tahun dimaknai sebagai momentum untuk muhasabah dan mensyukuri nikmat-Nya. Alangkah indahnya, mengahiri tahun 2013 ini dengan senyum dan planning perbaikan kualitas diri di tahun 2014. Semoga tahun depan lebih baik dari tahun ini. Selamat tahun baru. Wallahua’lam.









Senin, 23 Desember 2013

Air Tawar Segar di Kedalaman Samudera




Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (Q.S Al Furqan:53)

       Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara televisi `Discovery' pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli kelautan (oceanografer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis.

       Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton jutaan pemirsa di seluruh dunia.

       Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

       Fenomena ganjil itu membuat penasaran Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

       Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi "Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan..." artinya "Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak bisa ditembus."

       Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas. Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut.

       Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 y! ang berbunyi "Yakhruju minhuma lu'lu`u wal marjaan" artinya "Keluar dari keduanya mutiara dan marjan." Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
     
  Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur'an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur'an memang sungguh-sungguh kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika ia pun memeluk Islam.
     
Allahu Akbar...! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air." Bila seorang bertanya, "Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?" Rasulullah s.a.w. bersabda, "Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran."

  

BERTANYALAH PADA AL-QUR'AN



Hati kita bertanya: Kenapa aku diuji?

Qur'an menjawab:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan;" Kami
telah beriman,"sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang2 sebelum mereka,maka sesungguhnya Allah mengetahui orang2 yg
benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang2 yg dusta."(Q:S Al-Ankabut ayat
2-3).

Hati kita bertanya: Kenapa aku tak dapat apa yang aku idamkan?


Qur'an menjawab:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi pula kamu menyukai sesuatu,padahal ia amat buruk bagimu,Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Q:S Al-Baqarah ayat 216)
 
Hati kita bertanya: Kenapa ujian ini begitu berat?

Qur'an menjawab:
"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. " (Q:S Al-Baqarah ayat 286)

Hati kita bertanya: Kenapa aku frustasi?


Qur'an menjawab:
"Janganlah kamu bersikap lemah,dan jangan pula kamu bersedih hati,padahal
kamulah orang2 yg paling tinggi derajatnya,jika kamu orang2 yg beriman."(Q:
S Ali Imran ayat 139)

 
Hati kita bertanya: Bagaimana aku menghadapi kesulitan ini?

Qur'an menjawab:
"Wahai orang2 yg beriman!Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran
dalam mengerjakan perkara2 yg berkebajikan) ,dan kuatkanlah kesabaran kamu
lebih daripada kesabaran musuh, di medanperjuangan, dan bersedialah
(dengan kekuatan pertahanan didaerah2 sempadan) serta bertaqwalah kamu kpd
Allah,supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan). " (Q:S Ali Imran ayat 200)

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah)..." (Q:S Al-Baqarah ayat 45)


Hati kita bertanya: Apa yang aku dapat dari semua ini?

Qur'an menjawab:
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 mu'min,diri, harta mereka
dengan memberikan Syurga utk mereka..."
(Q:S At-Taubah ayat:111)

Hati kita bertanya: Kepada siapa aku berharap?


Qur'an menjawab:
"Cukuplah Allah bagiku,tidak ada Tuhan selain dari Nya. hanya kepadaNya aku
bertawakkal. " (Q:S At-Taubah ayat 129)

Hati kita bertanya: Aku tidak tahaaa....nnn! !!

Qur'an menjawab:
".......dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir."
(Q: S
Yusufayat 1-2)